Pada abad tersebut Malang sudah mempunyai batik. Apa buktinya? Pada masa kerajaan Batik tumbuh subur di wilayah keraton. Kerajaan Kanjuruhan di Malang dengan candi Badut sebagai salah satu bukti peninggalannya dapat menjawab pertanyaan kita tentang Batik Malangan. Seluruh badan Candi Badut telah dihiasi ragam hias, yang ciri ragam hiasnya adalah batik yang diukirkan pada batu.
Candi Badut
Ada beberapa ragam hias pada Candi Badut yang dianalisis sebagai ragam hias batik, seperti bongkahan batu yang saat ini berada di sebelah barat Candi Badut. Bongkahan batu tersebut merupakan ragam hias Ceplok yang bergandengan dengan ragam hias Geometris. Ragam hias ini juga merupakan ragam hias yang dapat dikembangkan pada batik. Ragam hias batik mempunyai ciri dua dimensi.
Ceplok Kawung
Ragam Hias Batik Pada Patung Ken Dedes
Perkembangan ragam hias batik yang diubah dari ragam hias dari Candi Badut dapat diamati pada Candi Singasari (abad 13-14 M). Pada patung Ken Dedes misalnya, pakaian kain panjangnya sudah menggunakan ragam hias Ceplok Kawung. Batik Kawung merupakan filsafat Jawa tentang Kiblat Papat Lima Pancer, merupakan arah mata angin yang diidentikkan dengan warna. Utara (kuning) yang merupakan lambang kegagahan, selatan (merah) lambang keberanian, barat (hitam) lambang kejahatan dan timur (putih) lambang kesucian. Secara fisik, ragam hias Batik Kawung diubah dari pengamatan pohon Aren (kolang-kaling) yang saat ditebang pohon bagian dalan terpecah dan membuat garis tembereng (bagian dari bidang lingkaran yang terbatas dari keliling lingkaran) sejumlah empat, yang juga merupakan isi dari buah kolang-kaling tersebut.
Dari kedua Candi tersebut, yaitu Candi Badut (abad 7-8 M) dan Candi Singasari (abad 13-14 M) dapat disimpulkan bahwa Batik di Jwa Timur keberadaanya sudah sangat lama. Batik di daerah Jawa Timur yang terkenal, seperti batik Gedog di Tuban, batik Bledak Sembagen di Pacitan, batik Madura di Tanjungbumi, batik Gajah Oling di Banyuwangi, dan batik Gajah Mada di Tulungagung.
0 komentar:
Posting Komentar